Mengapa pulau yang tidak berpenghuni dekat Labuan Bajo penuh dengan sampah?

Salah satu pulau di penyangga Taman Nasional Komodo di Nusa Tenggara Timur adalah Pulau Monyet, yang berada di dekat Labuan Bajo. Pulau ini hanya dihuni oleh kawanan monyet, seperti namanya. Namun, tumpukan sampah di pulau itu menimbulkan pertanyaan: dari mana sampah itu?

Puluhan warga Kampung Ujung di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, berlayar ke Pulau Monyet pada Minggu (13/04) dengan perahu motor. Perjalanan itu berlangsung selama lima belas menit.

Stefan Rafael, seorang guru SMK dan aktivis lingkungan, memimpin rombongan ini.

Warga Pulau Monyet langsung menghadapi tumpukan sampah saat tiba.

Di pantai, banyak sampah, termasuk plastik bekas kemasan makanan, botol kaca, kardus, dan jeriken, teronggok.

Stefan menjelaskan, “Ini kejadiannya berulang. Orang yang membuangnya sengaja mencari kemudahan untuk membuang sampah dan menyembunyikannya di pulau yang tidak ada manusianya.”

Namun, dia berpendapat bahwa penduduk di permukiman di sekitar Labuan Bajo tidak menghasilkan sampah-sampah ini karena mereka membutuhkan bahan bakar untuk motor perahu mereka untuk pergi ke Pulau Monyet.

Pengeluaran bahan bakar ini terlalu mahal untuk sekadar membuang sampah, kata Stefan.

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Manggarai Barat memperhatikan masalah sampah di Pulau Monyet yang tidak berpenghuni, yang membersihkannya selama berminggu-minggu pada tahun 2024.

Menurut Vinsen Gande, kepala Dinas Lingkungan Hidup Manggarai Barat, sampah ini diduga berasal dari kapal yang bersandar di pulau tersebut.

Dia menyatakan bahwa ada kapal wisata dan kapal nelayan.

Puluhan orang dari Kampung Ujung kembali ke Labuan Bajo setelah beberapa jam mengumpulkan sampah di Pulau Monyet.

Warga mengumpulkan 400 kg sampah, terutama plastik, dalam puluhan kantong sampah.

Kantong sampah kemudian dibuang ke lokasi yang ditetapkan oleh pemerintah setempat.

Menurut Kementerian Lingkungan Hidup, sampah plastik akan menyumbang 29% atau hampir 15.000 ton dari semua sampah di Manggarai Barat pada tahun 2024.

Seiring dengan peningkatan jumlah pengunjung yang datang ke Taman Nasional Komodo, jumlah sampah ini terus meningkat.