Panas Ekstrem Menghancurkan Populasi Burung Tropis
Burung tropis menurun drastis. Sebuah penelitian kemudian menemukan bahwa pemanasan global yang memperburuk panas ekstrem adalah faktor utama yang menyebabkan penurunan ini. Misalnya, populasi beberapa spesies burung telah menurun sebesar 90% di daerah tropis seperti Amazon dan Panama, bahkan di hutan hujan yang hampir tidak terpengaruh manusia. Menurut penelitian baru yang dilakukan oleh peneliti di Barcelona Supercomputing Center dari tahun 1950 hingga 2020, intensifikasi panas ekstrim menyebabkan penurunan populasi burung darat di daerah tropis sebesar 25 hingga 38 persen, menurut New Scientist Senin (11/8/2025). Dengan menggunakan temuan ini, tim peneliti belum mencoba memproyeksikan efek jangka panjang dari pemanasan global.
Sebaliknya, Maximilian Kotz, salah satu peneliti studi, mengatakan bahwa ini bukan gambaran yang baik dan menunjukkan bahwa masa depan burung tropis jelas mengkhawatirkan.
Sebagai informasi, Kotz dan rekan-rekannya memulai penelitian mereka dengan data populasi burung darat di seluruh dunia dari Living Planet Database; penelitian ini tidak mencakup burung air atau burung laut. Kemudian mereka mendapatkan data perusakan habitat dari Hyde Database of the Global Environment, serta data cuaca dan iklim historis dari European Centre for Medium-range Weather Forecasts. Setelah membandingkan semua data, para peneliti menemukan hubungan yang dapat menjelaskan perubahan populasi burung.
Mereka menemukan bahwa perusakan habitat menjadi faktor utama penurunan populasi di daerah lintang menengah, yaitu antara 21 derajat dan 43 derajat lintang utara atau selatan. Penemuan ini sejalan dengan penelitian lain. Namun, faktor terbesar adalah panas ekstrem di daerah tropis. Kotz mengatakan bahwa burung-burung di daerah ini sering hidup di bawah batas toleransi panas mereka. Mereka bisa mati jika batas itu terlampaui. Kondisi tubuh yang melemah mengurangi kemungkinan mereka untuk berkembang biak, bahkan jika mereka bertahan hidup. Selanjutnya, tim peneliti mempelajari seberapa parah panas ekstrem yang disebabkan oleh pemanasan global yang dilakukan oleh manusia.
Hal ini memungkinkan para peneliti memperkirakan seberapa besar populasi burung akan bertahan jika pemanasan global tidak terjadi. Dengan demikian, para peneliti dapat memperkirakan seberapa besar penurunan populasi burung yang disebabkan oleh perubahan iklim. Studi atribut ini telah lama digunakan untuk mengukur seberapa besar dampak perubahan iklim terhadap peristiwa cuaca ekstrem. Kotz menyatakan bahwa ini adalah studi pertama yang menggunakannya untuk meneliti dampak ekologis dengan cara ini, sejauh yang dia ketahui.
Kotz juga mengakui bahwa ada banyak celah dalam data populasi burung, terutama di daerah tropis, tetapi dia percaya bahwa data yang ada cukup untuk membuat kesimpulan. Ia menambahkan bahwa kurangnya data di daerah tropis akan membuat perkiraan dampak lebih rendah dari yang sebenarnya.