Belasan Orang Tewas dalam Longsor di Cirebon, Tambang Pasir Bergerak
Di lokasi tambang pasir di Gunung Kuda, Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, terjadi tanah longsor yang menewaskan 13 orang dan melukai lima lainnya. Longsor lain masih dapat terjadi di lokasi tersebut.
WARGA dan penambang pasir di Dukupuntang diminta oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat untuk menghindari melakukan tindakan yang berbahaya di Gunung Kuda. Petugas BPBD dan tim SAR gabungan masih melakukan evakuasi korban hingga saat ini.
Menurut Hadi Rahmat, Pranata Humas Ahli Muda BPBD Jawa Barat, korban masih dalam pendataan. Menurut Komisaris Besar Sumarni, Kapolresta Cirebon, pencarian dihentikan pada Jumat petang karena kurangnya penerangan dan kemungkinan longsor tambahan. Sebanyak 14 korban tewas telah dievakuasi. 13 orang dibawa ke RSUD Arjawinangun, dan satu korban tambahan dibawa ke Rumah Sakit Sumber Hurip Cirebon.
Selain itu, Sumarni mengatakan bahwa lima orang, termasuk pemilik tambang, kepala teknik tambang, dan beberapa karyawan, telah diperiksa oleh polisi terkait aktivitas penambangan di lokasi tersebut. “Kami juga masih menunggu keterangan dari operator alat berat yang masih dalam pencarian,” katanya.
Ia menyatakan bahwa penyebab longsor masih diselidiki, dan penyelidikan terutama difokuskan pada potensi elemen kelalaian atau kesalahan teknis yang terjadi selama operasional tambang. Tambang Galian C Gunung Kuda sebelumnya juga longsor pada Februari 2025.
Tambang Pasir di Tanah Bergerak: Muhammad Wafid, Kepala Badan Geologi, menyatakan bahwa lokasi longsor tercantum dalam peta zona kerentanan gerakan tanah tinggi. Prediksi kemungkinan terjadinya gerakan tanah, atau tanah bergerak, di wilayah tersebut lebih dari lima puluh persen dari total populasi kejadian.
Zona kerentanan tinggi adalah tempat yang sering mengalami gerakan tanah, baik longsoran lama maupun baru, menurut Wafid. Intensitas curah hujan tinggi dan kemungkinan aktivitas kegempaan di sekitar area tersebut berkontribusi pada kondisi ini.
Akibat faktor curah hujan tinggi dan atau gempa bumi, gerakan tanah lama dan baru di lokasi tersebut masih aktif bergerak, kata dia.
Ia menambahkan bahwa kemiringan lereng di daerah tambang Gunung Kuda umumnya dianggap cukup berisiko karena sudut kemiringan yang curam dan adanya lereng buatan yang dibuat oleh bahan timbunan.