Kota Mataram mengalami banjir, yang menewaskan satu orang dan membahayakan 6.700 rumah tangga.

Pemerintah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), melaporkan jumlah korban banjir yang terjadi pada Minggu (6/7) malam sebanyak 6.700 Kepala Keluarga (KK), atau sekitar 30.000 orang, dan satu orang meninggal dunia.

Ini disampaikan oleh Wali Kota Mataram Mohan Rolisakan saat meninjau berbagai lokasi banjir di Kota Mataram pada Senin.

Menurutnya, banjir yang terjadi pada Minggu (6/7) kemarin di Mataram, yang melanda enam kecamatan, merupakan banjir terbesar yang pernah terjadi di kota itu.

Kondisi ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi yang berlangsung lama dan merata dari hulu ke hilir, yang menyebabkan air Sungai Ancar dan Kali Unus meluap. Wali Kota Mataram mengatakan bahwa situasi yang paling parah terjadi di BTN Riverside Selagalas.

Menurutnya, korban banjir dievakuasi ke tempat yang lebih aman dengan menurunkan tim dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), bekerja sama dengan TNI/Polri, dan pihak lain yang bertanggung jawab.

Dia mengatakan, “Alhamdulillah, air sudah menyusut pagi tadi dan masyarakat bisa kembali ke rumah masing-masing untuk membersihkan sisa banjir.”

Wali Kota Mohan menyatakan bahwa seorang warga yang meninggal dunia adalah warga Ampenan yang meninggal karena tersengat listrik lampu penerang jalan yang terdampak banjir.

Dia menyatakan bahwa keluarga yang ditinggalkan telah menerima santunan dari Pemkot Mataram, dan almarhumah dimakamkan hari ini.

Menurut Ahmad Muzaki, Sekretaris BPBD Kota Mataram, banjir disebabkan oleh hujan dengan intensitas sedang hingga lebat selama waktu yang lama disertai kilat, petir, dan angin kencang. Hujan ini menyebabkan air sungai meluap dan merendam rumah warga.

Pada Minggu, 6 Juli 2025, curah hujan yang sangat tinggi menyebabkan debit air sungai meningkat hingga mencapai ketinggian lebih dari satu meter.

Untuk membantu evakuasi, langsung turun ke lokasi tim BPBD NTB dan BPBD Kota Mataram, TNI/Polri, relawan, dan aparat setempat.

Kami membuka sepuluh lokasi pengungsian tadi malam. Ada yang berada di Asrama Haji, masjid sekolah, dan rumah-rumah penduduk sekitar. Namun, dia bersyukur bahwa warga kembali untuk membersihkan rumah dari sisa banjir hari ini.

Masyarakat diminta untuk berhati-hati saat berada di luar rumah dan diharapkan tidak membuang sampah di saluran air dan membersihkan saluran air untuk mencegah luapan air saat hujan. “Masyarakat juga perlu mewaspadai adanya potensi terjadi hujan dan angin kencang yang terjadi secara tiba-tiba.”