Awasi Kekeringan di Banyumas
Untuk mencegah kekeringan pada musim kemarau tahun ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, melakukan inventarisasi mata air di daerah tersebut.
Menurut Barkah, Pelaksana Harian Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Banyumas di Purwokerto, Banyumas, Senin, pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk mencegah bencana kekeringan, meskipun hujan terus terjadi dalam beberapa hari terakhir.
Dia menjelaskan, “Pada hari Jumat, hujan lebat dan angin puting beliung terjadi di Kecamatan Sumbang. Namun, kami terus melakukan perbaikan untuk mengantisipasi bencana kekeringan musim kemarau.”
Dia menyatakan bahwa sejumlah upaya telah dilakukan, termasuk bekerja sama dengan berbagai lembaga, seperti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), mengenai prediksi awal musim kemarau.
Menurut BMKG, musim kemarau di Kabupaten Banyumas akan memulai pada bulan Mei dan mencapai puncaknya antara bulan Juni dan Juli.
Selain itu, dia mengatakan bahwa musim kemarau tahun 2025 di Provinsi Jawa Tengah diprediksi cukup panjang, sehingga orang harus mempersiapkan diri untuk kekeringan yang mungkin terjadi.
Kemarin kami mulai mengidentifikasi potensi sumber mata air untuk pengambilan air yang akan didistribusikan ke daerah yang membutuhkan, karena BPBD sebenarnya memenuhi kebutuhan air bersihnya sebagai “darurat”.
Akibatnya, dia menyatakan bahwa Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumdam) dan lembaga terkait yang bertanggung jawab atas penyediaan air bersih harus mendukungnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam jangka panjang, bukan hanya untuk kedaruratan.
Saat Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) Kabupaten Banyumas, dia menyatakan bahwa pihaknya telah mengusulkan pembangunan fasilitas air bersih di wilayah yang rentan terhadap kekeringan untuk menangani bencana kekeringan dalam jangka panjang dan untuk memenuhi kebutuhan saat darurat bencana.
Dia menyatakan bahwa sumber air yang telah diidentifikasi tidak hanya berasal dari Perumdam Tirta Satria Banyumas, tetapi juga dari sumber air di daerah sekitar, seperti di Kecamatan Purwojati. Selain itu, ada juga sumber air yang telah digunakan oleh perusahaan semen di Ajibarang.
Dia mengatakan, “Alhamdulillah, selama ini kami telah memanfaatkan sumber air dari pabrik semen Bima untuk kebutuhan penyaluran bantuan air bersih itu secara gratis.”
Selain itu, dia menyatakan bahwa pihaknya juga telah mengirimkan bantuan ke desa-desa yang mengalami kekeringan dengan toren atau tandon air.
Ditanya tentang berapa banyak desa yang rawan kekeringan, dia menyatakan bahwa timnya saat ini sedang meninjau kembali wilayah yang rentan terhadap bencana di Kabupaten Banyumas, termasuk desa yang dianggap rawan kekeringan.
Namun, berdasarkan pemetaan, selama kemarau panjang pada tahun 2023, 81 desa di 19 kecamatan menjadi rawan kekeringan, dan pada tahun 2024, 65 desa di 18 kecamatan mengalami kekeringan.
Ia mengakui bahwa jumlah desa yang terdampak kekeringan di Kabupaten Banyumas pada tahun 2024 tidak sebanyak tahun 2023.
Ia mengira itu karena musim kemarau tahun 2024 tidak terlalu panjang dan kadang-kadang masih terjadi hujan, serta bantuan pembangunan sumur bor di beberapa wilayah Banyumas dari Kementerian Pertahanan (Kemenhan).
Barkah menyatakan bahwa kehadiran sumur bor bantuan dari Kemenhan setidaknya mengurangi dampak kekeringan di Banyumas selama musim kemarau.